MODEL-MODEL ORGANISASI
A. Model Birokrasi
Sebuah pandangan dari organisasi
tradisional formal yang menurut ahli sosial lebih baik dari pada penyelidik orientasi menejemen
didalilkan oleh Max Webber di masa
peralihan abad. Dalam pandangan Webber, bentuk birokrasi merupakan tipe
organisasi paling efektif dalam masyarakat modern. Pada dasarnya, dia ingin
membangun sebuah gagasan organisasi dimana akan tersedia sebuah pemahaman
maksimal terhadap tingkah laku manusia. Hal ini tentu saja berbeda dengan
sebutan “birokrasi” yang sering diarahkan dalam skala besar, yaitu pemerintahan
rumit atau unit bisnis. Berbicara mengenai keuntungan teknis dari birokrasi,
Weber mengatakan:
Alasan tegas untuk selalu mendahulukan organisasi
birokrasi dibandingkan dengan bentuk organisasi lainnya adalah murni mengenai
keunggulan teknis. Pengembangan mekanisme birokrasi
dibandingkan dengan organisasi lainnya benar-benar seperti kinerja mesin dengan
kinerja non-mesin dalam hal produktifitas.
Ketelitian, kecepatan, kejelasan, pengetahuan
tentang data-data, kesinambungan, keleluasaan, kesatuan, ketelitian subordinat,
berkurangnya gesekan serta berkurangnya biaya materi dan personal—semua itu
didapatkan dalam titik optimal pada administrasi birokrasi dengan teliti, dan
kususnya pada bentuk monokrasi.[1]
Aspek kedua teori birokrasi dari Webber
adalah penekanannya pada universalitas. Dia menganjurkan bahwa bentuk
organisasi ini akan menghasilkan hasil yang paling efisien diberbagai macam
unit organisasi, mulai dari perusahaan bisnis, unit pemerintahan, operasi
militer, dan asosiasi persatuan buruh. Literatur penganut
Birokrasi Webber menyarankan dimensi-dimensi berikut yang menjadi elemen
kunci birokrasi “tipe ideal” :
1. Bagian
Ketanagakerjaan didasarkan pada spesialisasi fungsi.
2. Penentuan hirarki kekuasaan.
3. Aturan-aturan
sistem yang mencakup hak dan kewajiban tiap-tiap
posisi yang dijabat.
4. Prosedur
sistem menyesuaikan situasi kerja.
5. Hubungan
impersonal dan interpersonal
6. Promosi
dan seleksi karyawan didasarkan pada kompetensi teknis.[2]
Pada
dasarnya pendirian Webber adalah bahwa manusia tidak dapat ditebak, seringkali
emosional, terkadang rasional, dan hal
tersebut akan mengganggu efektifitas kinerja
organisasi. Oleh karena itu dia kemudian mengatur sebuah model birokrasi ideal
sebagai sebuah bentuk antipersonal dari sebuah organisasi dimana akan
meminimalisir dampak ketidakteraturan manusia. Dia menempatkan mekanisme
birokrasinya dalam kekuasaan institusional oleh masyarakat, yaitu sebuah tipe
legitimasi kekuasaan oleh sebuah masyarakat yang membuat orang melakukan
apa yang tidak ingin dilakukan. Model birokrasi Webber umumnya sama
dengan konsep tradisional yang telah banyak didisusikan sebelumnya. Model
Birokrasi Webber tampak mekanistik dan impersonal dan sangat kontras dengan
konsep-konsep yang akan dikemukakan selanjutnya.[3]
B. Model Behavioral
Konsep organisasi
behavioral mencakup sebuah reaksi perlawanan terhadap prasangka mekanistik dan
impersonal pada mazhab klasik. Pandangan ini, berpangkal dari pemikiran Hawtorn Western Electrik selama
kurun waktu tahun
1920 dan 1930, pergeseran fokus dari model rasional dalam teori tradisional
menuju model behavioristik yang disetujui orang sebagaimana yang dilakukannya.
Pada dasarnya, Mazhab ini menyetujui aspek struktural dalam organisasi
sebagaimana didiskusikan sebelumnya, akan tetapi konsepnya dimodifikasi dengan
mempertimbangkan sumberdaya manusia dan hubungan informal kelompok dalam
organisasi.
Mayo, Roethlisberger, Whitehead dan para ahli hubungan kemanusiaan
banyak mengembangkan konsep tentang tingkah laku manusia dalam organisasi,
yaitu:
1. Organisasi Bisnis adalah
sebuah sistem sosial yang sejalan dengan sistem ekonomi teknis. Sistem sosial
ini menentukan tugas-tugas individu dan menetapkan norma-norma yang mungkin
menjadi variasi dalam organisasi formal.
2. Individu tidak hanya dimotivasi oleh insentif
ekonomi, tetapi oleh berbagai faktor sosial dan psikologi. Tingkah lakunya dipengaruhi
oleh perasaan, sentimental dan sikap-sikap yang dimilikinya.
3. Kelompok kerja informal
menjadi pertimbangan utama. Kelompok
tersebut memiliki tugas penting dalam menentukan sikap dan kinerja pekerja
individu.
4. Bentuk kepemimpinan
didasarkan pada struktur formal dan posisi kekuasaan dalam organisasi di bawah
pandangan tradisional yang mengharuskan untuk dimodifikasi secara substansial
dalam upaya mempertimbangkan faktor psikologi. Hubungan kemanusiaan lebih menekankan
demokrasi dari pada bentuk kepemimpinan yang otoriter.
5. Hubungan kemanusiaan pada
umumnya mengaitkan kepuasan pekerja dengan produktifitas dan menekankan bahwa dengan
meningkatkan kepuasan maka akan mudah meningkatkan efisiensi.
6. Sangat penting
mengembangkan saluran komunikasi yang efektif diantara berbagai level hirarkis
yang memperkenankan pertukaran informasi. Jadi “partisipasi” menjadi sebuah pendekatan
penting dalam pergerakan hubungan kemanusiaan.
7. Pengelolaan mensyaratkan
efektifitas kemampuan sosial dan juga kemampuan teknis.
8. Partisipan dapat
dimotivasi dalam organisasi dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologi
sosialnya.
Pandangan hubungan kemanusiaan menjadi garis depan dalam
membawa konsep organisasi sebagai sebuah sistem total yang mencakup individu,
kelompok informal, hubungan antar kelompok,dan hubungan formal. Akibatnya,
mazhab ini menempatkan elemen manusia kembali dalam organisasi (elemen yang
mana di mazhab tradisional telah benar-benar di kesampingkan).[4]
Konsep hubungan kemanusiaan yang dikembangkan oleh ahli hubungan
kemanusiaan telah meluas dan dimodifikasi oleh para ilmuan behavioral yang
tertarik untuk mempelajari konsep organisasi. Mereka menggunakan pendekatan
sistem terbuka dan mempertimbangkan banyak variabel yang ditiadakan dalam
pandangan tradisional. Pendekatan behavioral juga telah dikembangkan terutama oleh para ahli psikologi, sosial dan
antropologi yang tertarik untuk meneliti secara empiris dalam membuktikan
konsep-konsep yang mereka miliki. Secara
khusus, mereka memiliki sebuah pandangan “kemanusiaan” dan mencoba memodifikasi
bentuk organisasi yang lebih mempertimbangkan kepuasan partisipan. Banyak gagasan dari ilmuan behavioral yang penting dalam memahami aspek kemanusiaan dari sebuah
sistem dan akan dibahas lebih lengkap pada bagian 10, yaitu “Aspek Behavioral Dari Perencanaan Sistem-Sistem”.
C.
Model Pengambilan Keputusan
Simon memfokuskan perhatian teori organisasinya pada proses pengambilan
keputusan dalam sebuah organisasi. Dia menolak banyak konsep tradisional dan
menentukan proses pemecahan masalah kemanusiaan dan mekanisme keputusan sebagai
kekuatan utama dalam organisasi behavioral. Sesuai dengan tesisnya, pelaku
organisasi harus dipandang sebagai individu dengan keinginan, motif,
tingkat aspirasi dan siapa saja yang memiliki batas
rasional serta kapasitasnya dalam menyelesaikan masalah.
Simon menggunakan istilah “pengambilan keputusan” meskipun hal itu menyerupai
“pengelolaan”. Pada tataran ini, model pengambilan keputusan memiiki tiga
tingkat prinsip: intelegensi – mencari kondisi lingkungan yang
dihubungkan dengan keputusan, perencanaan
– menciptakan, mengembangkan dan menganalisa kemungkinan tertentu dalam
sebuah tindakan, Pilihan – memilih tindakan tertentu dari alternatif
pilihan yang tersedia.[5]
Pada buku yang ditulis bersama March, Simon selanjutnya menggunakan proses
pengambilan keputusan sebagai sebuah kerangka referensi untuk seterusnya
mengatur teori organisasi yang lebih umum. Konsep kunci dari bukunya
digambarkan sebagai berikut:
Ciri-ciri dan
fungsi dasar struktur organisasi berasal dari karakteristik proses penyelesaian
masalah manusia dan pilihan-pilihan rasionalnya. Karena batas-batas kapasitas
intelek manusia dalam membandingkan kompleksitas masalah yang dihadapi individu
dan organisasi, tingkah laku rasional membentuk model sederhana yang menangkap
ciri utama dalam sebuah masalah tanpa mengambil semua kompleksitas yang
dihadapi.[6]
Konsep-konsep tersebut benar-benar menambah teori organisasi tradisional
dengan pengetahuan terkini dari ilmuan sosial tentang aspek motivasi, konflik
kepentingan, persepsi dan pembatasan rasional, Semuanya itu dengan signifikan
mempengaruhi model organisasi behavioral.
Di buku terbarunya, Cyert dan March mengembangkan teori gabungan dari perilaku bisnis dengan organisasi pengambilan keputusan. Premis
dasar mereka adalah bahwa, untuk memahami pengambilan keputusan ekonomi saat ini,
kita butuh supplement belajar mengenai faktor pasar dengan pelatihan operasional dalam sebuah
firma
–untuk mempelajari dampak bentuk organisasi dan
praktek konfensional dalam mengembangkan tujuan, formasi harapan dan penentuan
pilihan.[7]
Model organisasi ini dipandang sebagai sebuah sistem adaptasi (dengan banyak kepentingan kelompok yang disatukan
dalam koalisi bebas) yang mengembangkan mekanisme untuk melarang ketidaktentuan,
mengikutsertakan pencarian masalah, belajar melalui pengalaman dan mencari
kepuasan yang lebih dari sekedar keputusan optimal. Pandangan ini memiliki
hubungan dekat dengan pandangan kami dalam organisasi sebagai sebuah adaptasi
sistem sosial.
D.
Teori Organisasi Modern
(Sebuah Konsep Sistem)
Teori organisasi tradisional umumnya mencakup bagian-bagian dan golongan-golongan
organisasi serta dikaitkan dengan pemisahan aktifitas-aktifitas ke dalam tugas dan unit
operasional. Hal itu tidak cukup memberikan tekanan pada permasalahan hubungan antar anggota dan
pengintegrasian aktifitas-aktifitas. Pandangan hubungan kemanusiaan juga tidak mencakup
permasalahan ini. Pendekatannya
ditujukan pada adanya motivasi, aspirasi, keinginan dan pembatasan-pembatasan dalam model mekanistik tradisional. Pendekatan-pendekatan
tersebut juga
tidak menyediakan dasar integrasi, yaitu model organisasi yang sistematis.
Meningkatnya perhatian yang ditujukan pada dugaan bahwa cara paling
berguna dalam study organisasi adalah dengan mempertimbangkannya sebagai sebuah
sistem. Pandangan modern ini cenderung membicarakan organisasi sebagai sebuah
sistem dari bagian dan variable yang tergantung satu sama lainnya dan usaha
keras sebagai sistem sosial di dalamnya, lebih sebagai sistem masyarakat yang inklusif. Parson mendefinisikan organisasi
sebagai berikut:
Tampaknya sesuai
apabila mengartikan organisasi sebagai sebuah sistem sosial yang
diorganisir untuk pencapaian jenis tujuan tertentu; Pencapaian tujuan tersebut
pada saat yang sama merupakan sebuah kinerja fungsional atas nama sistem yang
lebih inklusif, yaitu masyarakat.[8]
Teori
organisasi modern dan teori sistem general berhubungan dekat, yaitu teori
organisasi modern merupakan sebuah elemen khusus dari teori sistem general.
Kedua-duanya menekankan perhatiannya
pada investigasi dan hasil organisasi sebagai sebuah kesatuan yang menyeluruh.
Bagaimanapun teori sistem general ditekankan pada 9 tingkat sistem seperti yang
telah dibahas pada bab 1, dimana teori organisasi fokus utamanya adalah pada
organisasi sosial kemanusiaan. Oleh karena itu, banyak konsep diambil dari
investigasi dan penyelidikan mengenai tipe-tipe lain sistem dan diartikan
sebagai sebuah penyelidikan tentang sistem organisasi kemanusiaan.[9]
1. Pandangan sistem gabungan dari
organisasi
Kami
memandang organisasi sebagai sebuah sistem terbuka, dimana sistem sosio-teknis
diubah dari sejumlah subsistem, seperti digambarkan pada gambar 2-1.
Pada
gambar tersebut, subsitem menerima input energi, informasi dan materi dari
lingkungan, mengubahnya dan mengembalikannya menjadi out put untuk lingkungan.
Organisasi
internal dapat dipandang sebagai pengubah sebagian besar subsistem. Nilai-nilai
dan tujuan organisasi (Goals and Values) adalah satu dari hal penting
pada subsistem tersebut. Organisasi mengambil banyak nilai-nilainya dari
lingkungan sosiokultural yang lebih luas. Premis dasarnya adalah bahwa
organisasi sebagai sebuah subsistem dari masyarakat harus menyelesaikan tujuan
tertentu yang ditentukan oleh sistem yang lebih luas. Organisasi berperan untuk
masyarakat dan jika berhasil menerima input, maka harus disesuaikan dengan
persyaratan-persyaratan sosial masyarakat tersebut.
Sistem
teknis (technical subsistem) berarti pengetahuan yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tugas, termasuk teknik-teknik yang digunakan dalam perubahan
input menjadi out put. Sistem teknis ditentukan oleh persyaratan dari
organisasi dan oleh karena itu akan sangat tergantung pada aktivitas
partikular. Teknologi seringkali menentukan tipe struktur organisasi dan sistem
psikososial.[10]
Setiap
organisasi memiliki sebuah sistem psikososial (psychosocial subsistem) yang
berisi tingkah laku dan motivasi manusia, status dan aturan-aturan dalam berhubungan,
dinamika kelompok, dan semua itu mempengaruhi sistem. Oleh karena itu, sistem
psikososial dipengaruhi oleh lingkungan eksternal yang berhadapan dengan tugas,
teknologi dan struktur internal organisasi.
Struktur
organisasi (structural subsistem) dapat dipertimbangkan sebagai sebuah
subsistem besar ketiga yang berada diantara sistem teknis dan sistem
psikososial. Struktur organisasi memberikan penekanan pada cara-cara yang memisahkan
(pembedaan) tugas-tugas organisasi dengan pengkoordinasian aktifitas-aktifitas
(penggabungan). Dalam arti formal, struktur seterusnya dilihat oleh grafik
organisasi, posisi dan job description (pembagian kerja) dan oleh aturan dan
prosedur-prosedur. Selain itu, juga menekankan pada bentuk kekuasaan,
komunikasi, dan aliran kerja. Struktur organisasi menyediakan bentuk formal
antara subsistem teknik dan psikososial. Bagaimanapun, harus ditekankan bahwa
hubungan ini tidak berarti lengkap dan bahwa banyak interaksi dan hubungan
terjadi antara subsistem teknik dan psikososial yang melewati struktur formal.
Sistem
pengelolaan menjangkau seluruh organisasi dengan menghubungkan organisasi
dengan lingkungannya, mengatur tujuan-tujuan, dan perencanaan, pengorganisasian,
serta menontrol kebutuhan akan aktifitas-aktifitas. Seperti disebutkan pada bab
1, ada tiga kunci subsistem dalam tingkatan administrasi pada organisasi yang
komplek: penyelenggaraan, koordinasi, dan strategi. Tugas pengelolaan pada
setiap subsistem sangat berbeda dan mensyaratkan perspektif yang tepat. Pada
tiga bab selanjutnya kami akan memperlihatkan lebih dekat tugas-pengelolaan
ddengan pertimbangan spesifik pada perencanaan, pengawasan dan
mengkomunikasikan fungsi-fungsi.
2. Tinjauan terhadap kemungkinan yang
terjadi
Salah
satu konsekuensi dari diterimanya pendekatan sistem dalam studi organisasi dan
menejemen adalah penolakan atas pernyataan sederhana dari prinsip-prinsip
organisasi atau menejemen. Teori organisasi modern menggambarkan sebuah pencarian
bentuk dalam berhubungan, pembentukan antar subsistem dan tinjauan terhadap
kemungkinan yang terjadi. Lorsch dan Lawrence mengatakan:
Selama beberapa tahun lalu telah
terdapat bukti, yaitu model baru dalam fenomena penelitian organisasi. Yang mendasari
pendekatan baru ini adalah gagasan bahwa fungsi-fungsi organisasi harus
konsisten dengan permintaan tugas organisasi, teknologi atau lingkungan luar
dan kebutuhan-kebutuhan anggota-anggotanya jika organisasi tersebut ingin
menjadi efektif. Dari pada mencari obat manjur yang menjadi jalan terbaik dalam
mengorganisasi di semua kondisi, para peneliti lebih cenderung melatih fungsi
organisasi dalam hubungannya dengan kebutuhan anggota-anggotanya serta tekanan
luar yang mereka hadapi. Pada dasarnya, pendekatan ini tampak memimpin dalam
perkembangan teory contingency dalam organisasi dengan batas-batas
internal yang tepat dan memproses kemungkinan-kemungkinan pengorganisasian pada
persyaratan luar serta kebutuhan-kebutuhan anggotanya.[11]
Sejumlah
peneliti lain memiliki penekanan pada masalah yang sama. Tompshon menganjurkan
bahwa esensi dari administrasi diletakkan pada pemahaman tentang susunan dasar
yang ada diantara berbagai subsistem dan lingkungan. Fungsi dasar administrasi
tampak bersatu, tidak hanya pada gabungan orang per orang tetapi juga tindakan
institusional (dari teknology dan tugas lingkungan) dalam kawasan aktif dan
dari perencanaan organisasi serta bentuk yang tepat padanya.[12]
Akan
tetapi, tidak cukup menyarankan bahwa pandangan contingency yang didasarkan
pada konsep sistem organisasi dan pengelolannya lebih tepat dari pada kesederhanaan pendekatan prinsip. Jika teori
organisasi dimaksudkan untuk memajukan dan membuat peran dalam pelaksanaan
manejemen, maka hal itu harus lebih jelas menentukan bentuk-bentuk tertentu
dalam kerjasama antara variabel-variabel organisasi. Pandangan organisasi
sebagai sebuah sistem sosio-teknik terbuka dalam interkasi dengan
lingkungannya, menyediakan sebuah kerangka kerja untuk mengembangkannya.
Untungnya
ada banyak contoh dari usaha-usaha pengembangan konsep-konsep hubungan
bentuk-bentuk interaktif dalam kerjasama antara berbagai subsistem organisasi.
Burns dan Stalker telah menyediakan contoh yang berguna dalam pendekataan ini.[13]
Pada hipotesisnya, yang didukung oleh temuan-temuan penelitian, bahwa perbedaan
susunan subsistem organisasi adalah ketepatan dalam mencakup stabilitas yang sesuai
dengan ketidak stabilan teknologi dan lingkungan. Sistem organisasi yang
mengadaptasi teknologi stabil diistilahkan sebagai mekanistik. Seperti sebuah
sistem dicirikan memiliki ketentuan kaku dalam struktur organisasi. Terdapat
tugas-tugas pokok: metode, kewajiban, dan kekuatan yang melekat pada setiap
fungsi yang ditentukan dengan tepat. Hubungan dalam sistem pengelolaan
cenderung vertikal antara superior dan subordinat, yaitu perintah kuat hirarkis.
Sebaliknya,
sistem pengelolaan organik paling baik diadaptasi pada kondisi-kondisi yang
perubahan teknologi dan lingkungannya sangat cepat. Hal tersebut sesuai pada
kondisi yang tidak stabil ketika masalah yang timbul tidak dapat dipecahkan dan
disebarkan diantara tugas-tugas khusus dalam penentuan tingkatan yang jelas.
Sistem organik dicirikan dengan struktur
yang relatif fleksibel. Pengaturan dan pendefinisian berkelanjutan mengenai
tugas-tugas individu melalui kerjasama dengan lainnya, yaitu sebuah jaringan
yang lebih luas dari pada kontrol hirarki, menekankan pada komunikasi lateral
yang lebih luas, dan kekuatan dispersal yang luas didasarkan pada keahlian dan
pengetahuan teknis yang lebih dari pada posisi hirarkis merupakan karakteristik
sistem organik.
Pada
akhirnya berdasarkan hal di atas serta temuan-temuan lainnya dapat disarankan
bahwa:
Bentuk organisasi mekanistik merupakan
sesuatu yang paling tepat untuk aktifitas-aktifitas rutin dan produktifitas
merupakan tujuan utama, dimana teknologi relatif stabil dan seragam, dimana
pengambilan keputusan dapat diprogramkan dan dimana tantangan lingkungan
relatif stabil dan dapat ditentukan.
Bentuk organisasi organik (adaptif) merupakan
sesuatu yang paling tepat untuk aktifitas-aktifitas yang tiadk rutin dimana
kreatifitas dan inovasi sangat penting, dimana proses pengambilan keputusan
birokrasi sangat dibutuhkan dan dimana lingkungan relatif tidak tentu dan
berubah-rubah.
Tidak
satupun sistem organisasi yang tepat untuk segala kondisi. Organisasi total,
teknologi dan lingkungannya harus mempertimbangkan perencanaan yang paling
tepat. Dikebanyakan organisasi akan ada campuran antara bentuk organik dan
mekanistik. Contohnya, sebuah perkumpulan mungkin dengan baik diorganisasikan
dengan bentuk mekanistik padahal penelitian dan pengembang departemennya
mengadopsi bentuk organik.
Kita
melihat pendekatan sistem sebagai sebuah dasar dalam membantu para ahli
organisasi dan praktisi menejemen untuk memiliki pemahaman lebih baik tentang bentuk-bentuk
kerjasama serta untuk merencanakan sistem organisasi yang akan memfasilitasi
pertemuan variabel dari dalam subsistem dan lingkungan luar.
E. RINGKASAN
Teori
Sistem general menyatakan secara tidak langsung sebuah hubungan antar
fungsional yang komplek pada komponen-komponen atau bagian-bagian. Organisasi
bisnis dan institusi lain sebagai kerjasama antar manusia merupakan sebuah
sistem terbuka.
Pemahaman
yang mudah dan sederhana dari organisasi bisnis, yaitu Organisasi adalah
perkumpulan orang, materi, mesin, dan sumber-sumber lainnya yang sanggup
mencapai tujuan melalui rangkaian hubungan dan penyatuan dalam sistem sosial.
Perkembangan
dalam skala besar, organisasi kompleks telah menjadi salah satu ciri utama
produk atau pelayanan fisik, menunjukkan salah satu bentuk perkembangan yang
paling tinggi dari organisasi sosial yang dimiliki manusia. Pada umumnya hal
itu memiliki ciri-ciri peningkatan ukuran, pertumbuhan kompleks, spesialisasi
kemampuan, peningkatan perbedaan tujuan, kelangsungan untuk menjumpai perubahan
dan adaptasi permintaan eksternal.
Teori
organisasi modern telah berkembang dari konsep organisasi tradisional yang menempatkan
ketentuan pada struktur organisasi, hubungan hirarkis, kekuasaan, spesialisasi,
jangkauan pengawasan dan kerjasama antar baris dan staff. Teori tradisional ini
dimodifikasi secara substansial oleh pandangan behavioral yang menempatkan
ketentuan lebih baik pada kebutuhan personal dan sosial dari partisipan dalam
organisasi. Model Behavioral membawa pada garis depan konsep organisasi sebagai
sebuah sistem total yang mencakup individu, kelompok informal, kerjasama antar
kelompok dan struktur formal.
Pandangan
modern membicarakan organisasi sebagai sebuah sistem yang variabel dan
bagian-bagiannya saling tergantung satu sama lain, serta berusaha dipahami
sebagai sebuah sistem sosial yang berada dalam sistem masyarakat yang lebin
inklusif dan luas. Jadi, organisasi adalah sebuah struktur, yaitu sebuah sistem
sosio teknis yang berhubungan dengan lingkungannya. Organisasi menerima input
energi, informasi, dan materi dari lingkungan, mengubahnya dan mengembalikan
outputnya pada lingkungan. Organisasi internal dapat dipandang sebagai kumpulan
beberapa subsistem utama, yaitu: (1) Nilai-nilai dan tujuan, (2) Teknologi, (3)
Struktur, (4) Psikososial dan (5) Pengelolaan. Fungsi pengelolaan menjangkau
seluruh organisasi dengan menghubungkan organisasi dengan lingkungannya,
mengatur tujuan dan merencanakan, mengorganisasi dan mengontrol aktifitas-aktifitas
yang dibutuhkan.
Salah
satu konsekuensi dari diterimanya pendekatan sistem dalam studi organisasi dan
menejemen adalah penolakan atas pernyataan sederhana dari prinsip-prinsip
organisasi atau menejemen. Teori organisasi modern menggambarkan sebuah
pencarian bentuk dalam berhubungan, pembentukan antar subsistem dan tinjauan
terhadap kemungkinan yang terjadi. Dalam pandangan ini, tak satupun sistem
organisasi yang tepat diterapkan dalam segala keadaan. Begitu juga organisasi
total, teknologi dan keadaan lingkungannya harus dipertimbangkan dalam
perencanaan sistem yang paling tepat.
[1] H.H, Gerth dan C. Wright
Mills, From Max Webber:Essays in Sociology, oxford Universitt Press, New
York,1946, p 214.
[2] Richard H. Hall,”The
Concept of Bureaucracy: An empirical Assement” Americal Journal of
Sociology, July 1963, p. 33.
[3] Bahasan birokrasi dan
tugas-tugasnya dalam masyarakat modern dapat dilihat Peter M Blau, Bureucracy
in Modern Society, Random House, Inc., New York, 1956.
[4] Permainan kata yang cukup menarik
diungkapkan dengan tepat mengenai perbedaan antara teori organisasi klasik dan
pendekatan hubungan kemanusiaan pada organisasi behavioral. Bennis menyebut
teori tradisional sebagai “organisasi tanpa manusia” dan menyebut pendekatan
hubungan kemanusiaan sebagai “orang-orang tanpa organisasi”. Warren C. Bennis, “Leadership
Theory and Administration Behavior” Administrative Science Quarterly,
Desember 1959, h. 263-366.
[5] Herbert A. Simon, The new
Science of Management Decision, h.1-4.
[6] Marc and Simon, h.169
[7] Ricard M. Cyert dan James G.
March, A Behavioral Theory of Firm, Prentice Hall, Inc.,Englewood Clift,
N.J.,1963, h.1
[8] Talcott Parsons, “Suggestion
for a Sociological Approach to the Theory of Organization”, Administrative
Science Quarterly, September 1956. H. 238.
[9] Pembahasan menarik tentang
hubungan antara teori organisasi dan teori sistem general dapat dilihat William
G. Scott, “Organization Theory: An Overview and an Apraisal”, Journal of
the Academy of management, April 1961 h. 7-26. Scott menganjurkan kerjasama
antara Teori Sistem General dan teori organisasi sebagai berikut:
Seperti
yang telah diketahui, teori organisasi modern hampir tak dapat dipisahkan
termasuk ke dalam teori sistem general. Para ilmuan organisasi universal sangat
mendukungnya, terutama para ahli biologi. Para ilmuan organisasi tidak dapat
mengabaikan peranan teori sistem general dalam ilmu administrasi. Tentu saja,
konsep organisasi modern dapat menyesuaikan pekerjaannya dengan teori sistem
general.
[10] Pembahasan mengenai kerjasama
antara sistem teknis dan sistem organisasi lainnya dapat dilihat pada G. M.
Stalker. The Management of Innovation. Tavistock Publication, London,
1961.
[11] Jay
W. Lorsch dan Paul R. Lawrence, Studies in Organization Design, Ricard
D. Irwin, Inc. And Dorsey Press, Homewood, III, 1970, h. 1.
[12] Thompson, op.cit. h. 157.
[13] Burns dan Stalker, op.cit.
Harrah's Casino & Hotel - MapyRO
BalasHapusHarrah's Casino & Hotel in Atlantic City is a Casino in Atlantic City, New 평택 출장샵 Jersey and 의정부 출장마사지 is open 익산 출장안마 daily 충청남도 출장안마 24 hours. The casino floor 여주 출장안마 measures 633 gaming tables,